Saturday, April 26, 2014

Anak #Sensing versus Mama #Intuiting

Menjadi "ganteng" adalah anugerah Tuhan yang patut disyukuri oleh setiap anak dengan mesin Kecerdasaan (Personality) #SENSING Hehehe.

Anak saya Wiranagari (Garry) setelah melewati "Penyidikan 10 Jari" dengan sistem STIFIn memiliki kepribadian #Sensing #introvert, badannya atletis, senang olah raga, mengambil kegiatan FUTSAL sebagai ekstra kurikuler di sekolahnya.

Secara umum prestasi belajarnya cukup bagus. Asal dia rajin dan tekun belajar, daya ingat (memori) nya sangat besar untuk menampung segala macam pengetahuan.

Sedihnya, dalam pengamatan saya Garry sedikit kewalahan dengan Mamanya yang #Intuiting #introvert. Si Mama yang sangat intuitif dengan orientasi masa depan, gemas dengan anaknya yang "rabun jauh". Seolah buta dengan masa depan. Memang bagi #Sensing taunya yang jelas-jelas saja. Hari ini adalah untuk hari ini. Nikmati. Sederhananya sih, begitu. Hehehe

Belajar memang suatu kewajiban, namun bagi ramaja seusia Garry, kegiatan belajar pun tentunya dapat dilakukan dengan bermain. Namun bukan itu persoalannya, melewati masa aqil baligh, Garry banyak disenangi "kaum hawa" di sekolahnya. Nah, ini akar persoalannya. Si Mama menginginkan anaknya belajar dengan baik dulu agar masa depan gemilang, hindari dululah "pacaran" sebab bisa mengganggu konsetrasi belajar.

Sejatinya, Garry teramat patuh dengan Mama, #Sensing itu terkalahkan oleh #Intuiting. Si Mama adalah "Guru yang tepat" dalam hal ini. Namun bagaimanakah Garry bisa menyeimbangkan belajar dan godaan dari kawan-kawan perempuannya?

Dari sisi saya, yang #Thinking #ekstrovert, sebenarnya hal yang logis saja, Resiko orang GANTENG ya dikerubuti cewek-cewek CANTIK. Dan saya tidak ragu dengan anugerah Tuhan kepada keluarga kami. Garry itu #Sensing "Calon orang KAYA." Hehehe

Saya bersyukur, dengan mengetahui bagaimana POLA SIRKULASI a la STIFIN bekerja di keluarga saya, dan bisa memakluminya. Jadi ada konflik dikit-dikit itu hal yang alamiah sahaja.

Inilah pentingnya dilakukan PENYIDIKAN 10 JARI itu.



Anak Senang Orang Tua Nyaman

Sebuah Preview Buku oleh Beni Badaruzaman

Buku ini adalah suatu dedikasi dari kami agar keluarga Indonesia bisa memaksimalkan kekuatan dari masing-masing pribadinya. Bisa orang tua, Anak, Pelajar, Mahasiswa atau siapapun yang mempunya dedikasi yang tinggi terhadap keluarga dan juga seseorang yang ingin bertumbuh menuju ke tingkat martabat yang lebih tinggi lagi.
Sehingga kita bisa lebih mudah dalam cara bersyukur atas karunia dari Allah berupa Kekuatan yang diberikan. Tugas kita ternya hanya memaksimalkan dengan meraih sukses setinggi-tingginya dan mulia atas karunia tersebut dengan memberi manfaat seluas-luasnya kepada semua yang membutuhkan. 
Begitu kita lahir kedunia, orang tua kita langsung berjanji seiring pertama kali manyambut kita lahir. “Saya akan lakukan apapun yang terbaik untuk kesuksesan dan kebahagiaan kamu nak”
Apakah cukup sampai disitu saja? Memang setiap babak dan episode terus dilewati oleh orang tua kita. Dan mungkin banyak sekali yang tidak sesuai dengan skenario.
Tangisan bayi di tengah malam merengek sekadar hanya popoknya basah, atau rasa haus ingin susu. Disaat mana sebagian orang tertidur dengan nyenyak, kita harus menenangkan jabang bayi untuk kembali tertidur lelap.
Belum lagi teriakan  dan jeritan tanpa henti yang akan kita jumpai seiring pertumbuhannya menjadi balita.  Segala sesuatunya berubah seolah-olah semua yang kita lakukan tidak ada artinya.
Aktifitas kita tidak bisa sebebas lagi seperti dulu, kita selalu teringat dengan jadwal memberi makan terhadap anak kita. Belum lagi dinding yang penuh dengan coretan, rumah yang berantakan dengan mainan menyambut kita pulang kerumah.
Sambil terduduk merenung, kita bisa membayangkan apa jadinya anak kita nanti. Bagaimana masa depannya? Bagaimana cara mendidiknya? Bagaimana saya harus membimbingnya di tengah perubahan dunia yang begitu cepat? Sekolah apakah yang tepat buat anak kita? Sudah cukupkan bimbingan perilaku dan budi pekerti untuk anak kita? Bagaimana spriritualitasnya nanti? Sudah cukupkan kita membimbingnya ke tingkat spiritualitas yang tinggi sehingga dia tau cara bersyukur terhadap RaabNya? Saya tidak ingin anaku hanya mengejar dunia saja, tetapi juga harus membawa bekal nanti untuk kehidupan yang sesungguhnya di akhirat nanti.
Setiap kita sebagai orang tua tentu ingin mengantarkan anak-anaknya  ke dalam kesuksesan hidup. Tidak ada orang tua yang ingin anaknya gagal atau sengsara. Itu adalah fitrah naluriah sebagai orang tua terhadap anaknya.
Banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang berkelebat didalam fikiran kita. Semua itu bermuara pada satu tujuan yaitu “Ingin Mengantarkan Anak Menuju Kesuksesannya”.
Penawaran-penawaran tentang konsep pembelajaran buat anak, semuanya laris manis dan satu alasan bagi orang tua yaitu “Demi Anak”!.  Lalu? Kita sebagai orang tua tentu banyak sekali yang terpengaruh dengan iklan-iklan yang berkaitan dengan pendidikan anak. Bukan itu saja, banyak produk-produk yang ditawarkan berkaitan dengan perkembangan anak. Akhirnya semua prooduk dan jasa kita coba, siapa tahu ada yg cocok dengan anak kita. Bisa ditebak, hasilnya adalah tebak-tebakan. Tebak saja oleh kita. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk biaya coba-coba. Seperti kata iklan “Buat anak ko coba-coba” he…he…
Yes, ini adalah persoalan kita sebagai orang tua, pertanyaan besarnya adalah adakah cara yang membuat kita sebagai orang tua merasa nyaman mendidik anak, dan anak pun tetap senang dengan caranya? Hmmm, pertanyaan ideal. Tetapi ada solusi yang saya telah praktekan dan sebarkan. Alhamdulillah, Aplikatif sekali. Saya dan Istri Enjoy, Anakpun Enjoy dan berprestasi. Mau tau?
Di buku ini akan dikupas bagaimana kita berkomunikasi dengan anak yang sesuai dengan setiap mesin kecerdasannya.  Setiap anak mempunyai sifat unik tersendiri, yang tidak bisa disamakan dengan satu lainnya. 
Keunikan tersebut harus terlebih dahulu ditemukan, apa yang menjadi kekuatan kita dan anak kita itu, atau kami menyebutnya dengan Mesin Kecerdasan. Setelah diketahui, baru kita bisa mengarahkannya sesuai dengan Mesin Kecerdasannya.
Karena Tuhan telah mengkaruniakan kepada kita satu Paket Kekuatan plus Kelemahan dalam satu paket yang tidak bisa ditawar-tawar lagi begitu kita lahir kedunia. Ini Hadiah Dari Allah SWT, berarti yang namanya hadiah itu harus kita pakai dan maksimalkan sebagai tanda dan bukti syukur kita pada Sang Pemberi Hadiah. Sebagai bukti syukur, maka kita wajib mengoptimalkan kekuatan kitan, bukannya mempersoalkan kelemahan kita!. Biarkan kelemahan terdidik secara alami, karena begitu kekuatan dimaksimalkan, maka otomatis kelemahan akan tertutupi, Percaya kan? Harus!.
Temukan Kekuatan itu ! Kenali Mesin Kecerdasan Anda dan Anak Anda!, Karena itu adalah pintu sukses cara bersyukur dengan ilmu yang benar. Seperti Kata Sang Nabi SAW “ Man arofa nafsahu faqod arrofa robbah” Siapa yang mengenal dirinya maka mengenal Tuhannya.
Berarti Kalo kita mau bersyukur dengan ilmu yang benar, ya Anda harus tau dulu Siapa diri anda, maka setelah mengetahui diri Anda Pasti tau cara bersyukur!, karena segala sesuatunya itu adalah datangnya dari Allah SWT. Percaya kan? Harus!
Setelah diketahui apa yang menjadi Mesin Kecerdasan (MK) kita, maka kami akan bimbing Anda dan Buah Hati Anda menuju jalur karpet merahnya sesuai masing-masing MK-nya. Pada buku ini Saya akan mengupas tuntas Aplikasi yang berhubungan dengan keluarga dan cara belajar Anak. Mau tau? Lanjut!
Di buku ini akan ada dua persoalan keluarga yang akan dibahas, pada bagian pertama adalah internal keluarga, yaitu tentang pola asuh anak dan komunikasi antar anggota kerluarga. Akan dibahas bagaimana kita menentukan soerang yang memiliki dedikasi yang paling tinggi dalam urusan pola asuh anak, selanjutnya kita sebut dengan parent leader. Parent leader ini berperan penting dalam menentukan aksi strategis tentang keputusan masalah pola asuh anak. Selanjutnya akan juga dibahas pembentukan atmosfir keluarga yang kita tentukan berdasarka mesin kecerdasan parent leader.
Dengan adanya seorang pemimpin dalam pola asuh anak, maka si anak akan menjadi lebih terarah karena komando jelas hanya ada satu. Tidak ada lagi dualisme yang membuat anak menjadi bingung dan tidak konsisten. Parent leader akan enjoy karena kekhasan dirinya tidak akan hilang, jati diri sebagai orang tua dengan bakat alaminya tidak akan hilang. Sehingga orang tua akan merasa dirinya menjalankan peran sesuai dengan kemistri bawaannya.
Anak pun akan enjoy, karena diperlakukan dengan tata cara dan proses kerja berdasarkan mesin kecerdasannya atau bakat alaminya. Tidak ada proses yang bertentangan dengan sistem operasi otaknya. Kenapa? Karena kita tau setiap anak mempunyai kekhasan tersendiri dan itu tidak diturunkan oleh orang tuanya.
Komunikasi akan tercipta dengan harmonis dengan selaras antara anggota keluarga dalam pola asuh yang sesuai dengan masing-masing kecerdasan. Nah di buku ini semua itu akan dibahas tuntas.
Aplikasi di keluarga yang paling mendesak adalah dengan kegiatan Anak-anak kita yang berhubungan dengan prestasi akademik di sekolah. Kegiatan akademik tentunya yang berhubungan dengan belajar.
Kata belajar sangat menyeramkan sekali bagi sebagian anak-anak kita. Buku ini akan membahas mengapa begitu dan bagaimana cara mengatasinya, sehingga belajar menjadi proses yang menyedangkan. Sehingga prestasi akademik akan terdongkrak.
Tahap-tahap proses belajarpun ternyata butuh warming-up (pemanasan), kita akan kupas tuntas cara pemanasan dari masing-masing Mesin Kecerdasan. Selanjutnya cara belajarnya pun pasti berbeda-beda, juga akan diuraikan sehingga anak akan menemukan kenyamanan dalam belajar.
Anda akan dibimbing menemukan cara yang tepat dan nyaman buat anak untuk terus ‘ON’ belajar. Ibarat mesin yang terus dipergunakan, perlu juga di set up ulang atau kalibrasi. Ternyata setiap anak pun perlu kalibrasi agar belajarnya selalu ‘ON’.
Pada akhir buku ini dibahas apa saja yang menjadi sumber kegagalan dalam hasil belajar, atau kita sebut sebagai penyakit belajar, dan lagi-lagi setiap Mesin Kecerdasan mempunyai penyakit belajarnya masing-masing. Dan tentunya buku ini akan memberikan solusi yang pas, bagaimana mengatasi penyakit belajar tersebut. Pokoknya Ikutin deh, Terbukti!
Akhir dari proses belajar itu tentunya perlu evaluasi dan re-evaluasi agar hasil dari pembelajaran berhasil secara maksimal. Semua ini tentu bukan hanya tanggung jawab anak saja. Tetapi juga tugas dari segitiga penggemblengan prestasi anak. Yaitu Orang Tua – Anak – Sekolah , ya kita perlu berkolaborasi untuk program penggemblengan anak, tidak hanya menjadi tugas sekolah, tetapi juga kita sebagai orang tua. Yes… ini cara gue banget!
Disarankan pada saat baca buku ini, pastikan seluruh anggota keluarga ada, dan bentuk kelompok kecil untuk diskusi antar semua anggota keluarga. Kebayang, keluarga kita makin harmonis, makin terjalin komunikasi yang hangat dan nyaman. Jangan heran jika Anda setelah baca buku ini dan di praktekan, pasti ketagihan ingin ngasih tau kerabat dekat, tetangga, juga kolega lainnya. Ya saya yakin itu, udah jangan terlalu banyak dipikirin, coba saja lalu praktekan. Masih mau coba cara lain? Duh berapa biaya kebodohan yang kita keluarkan hanya untuk coba-coba. Siap? Yes pasti siap, saya dan komunitas pun siap memberikan yang terbaik buat Anda dimanapun anada berada.
Yuk Orang Tua yang berbahagia, Bismillah, Ya Allah, Izinkan kami berproses untuk bersyukur kepadamu dengan cara-cara yang gue banget. Sebagai bukti syukur kami atas karuniaMu yang telah memberikan amanah kepada kami berupa anak-anak. Izinkan kami juga berproses untuk membesarkan dan mendidik anak-anak kami menuju kesuksesan dengan potensi yang diberikan Mu kepada anak-anak kami, agar mereka pun tau cara bersyukur. Amiin ya rabbal ‘alamiin.
"Khairunnas anfa’uhum linnas", yang artinya, "Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain." (HR. Bukhari dan Muslim)
sumber: STIFIn Banten

Menjadi Ibu yang HEBAT

Duh, ko aku mengantuk sekali yah? Padahal belum juga sampai waktu istirahat siang. Kemarin aku juga kesulitan mnghilangkan rasa kantu yang luar biasa seperti ini. Padahal biasanya cukup dengan tidur-tiduran di meja selama setengah jam, lalu diikuti makan siang dan sholat, maka aku akan segar kembali. Tapi beberapa hari terakhir ini rasa kantuk ini tidak bisa  hilang. Bahkan setelah waktu istirahat siang berakhir, aku masih saja menguap. Tidak enak juga rasanya bila rekan-rekan kantor menilai aku tidak semangat kerja. Mudah-mudahan mereka bisa mengerti bahwa aku sungguh-sungguh profesional, tapi..... hoooaahhmmmmm 
Begitulah salah satu warna hari-hari saya beberapa tahun yang lalu. Pada waktu itu, saya adalah seorang ibu yang baru saja memutuskan untuk kembali bekerja sehabis melahirkan. Saya memutuskan untuk kembali bergelut dengan dinamika hidup profesional, setelah sebelumnya berhenti bekerja demi memaksimalkan usaha memiliki momongan. Begitu bahagianya ketika Tuhan mengkaruniai saya seorang anak, dan kebahagiaan ini memberikan semangat lebih ketika memutuskan untuk kembali bekerja karena sekarang ada seorang anak yang memotivasi saya. Sebelum melangkah lebih jauh, pertama-tama saya ingin berbagi beberapa hal yang mendorong saya untuk menjadi seorang ibu yang bekerja. Mudah-mudahan hal-hal berikut juga bisa menyemangati Anda yang masih ragu untuk mengambil langkah serupa:

1. Finansial

Ibu yang bekerja jelas akan menambah pemasukan keluarga. Dengan sokongan finansial yang lebih baik, keluarga dapat menikmati kualitas hidup yang juga lebih baik. Keluarga dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan penting seperti gizi yang cukup, pendidikan yang baik, dan tempat tinggal serta pakaian yang layak. Selain itu, keluarga juga mampu memenuhi kebutuhan pelengkap seperti hiburan dan fasilitas kesehatan yang memadai.

2. Relasi dengan suami

Wanita bekerja cenderung memiliki wawasan yang luas, pola pikir yang terbuka, dan sikap yang dinamis. Hal ini dapat menunjang relasi yang sehat dan positif dengan suami. Sebagai istri, seorang wanita bekerja bisa dijadikan partner bertukar pikiran untuk saling membagi harapan dan pandangan. Dengan demikian, suami tidak merasa sendirian dalam memikul tanggung jawab sebagai kepala keluarga.

3. Relasi dengan anak

Masih terkait dengan kecenderungan wanita bekerja yang berwawasan luas, hal ini nantinya juga akan menjadi keuntungan ibu dalam membimbing perkembangan sang anak. Memasuki usia sekolah, tentu anak akan memiliki banyak pertanyaan yang menuntut wawasan luas ibu agar dapat memberi jawaban memuaskan. Sedangkan ketika menginjak usia remaja dan dewasa, anak akan lebih bisa menerima ibu yang memiliki pola pikir terbuka dan dinamis sehingga anak tidak takut membagi masalah kesehariannya dengan ibu.

4. Kebutuhan sosial

Para ibu juga manusia biasa yang mempunyai kebutuhan untuk menjalin relasi sosial dengan orang lain. Dalam dunia bekerja, ibu akan memiliki banyak kesempatan untuk bertemu dengan rekan dan relasi sehingga akan banyak pula kesempatan untuk membina hubungan sosial. Ibu bisa saling berbagi perasaan, pandangan dan solusi mengenai berbagai hal.

5. Harga diri dan identitas

Bekerja memungkinkan wanita mengekspresikan dirinya dengan cara yang produktif dan kreatif. Dengan bekerja, wanita berusaha menemukan arti dan identitas dirinya melalui penyaluran potensi-potensi yang dimiliki. Di samping itu, wanita bekerja juga dituntut senantiasa meningkatkan ketrampilan dan kompetensi yang ia miliki untuk bisa menyesuaikan diri dengan kebutuhan pekerjaan. Pencapaian tersebut pada akhirnya akan mendatangkan rasa percaya diri dan kebahagiaan baik sebagai wanita, maupun sebagai karyawan.

Meskipun banyak keuntungan yang bisa diraih, ternyata menjalani peran ganda sebagai seorang ibu dan karyawati dalam waktu yang bersamaan tidaklah semudah yang saya kira. Peran sebagai ibu sekaligus ibu rumah tangga di rumah sering kali mempengaruhi kinerja saya di kantor. Begitu juga sebaliknya, kesibukan profesional di kantor juga tak jarang menghambat saya untuk menjadi ibu rumah tangga yang ideal. Kalau dipikir-pikir, pergelutan peran antara ibu rumah tangga dan wanita karier ini terasa seperti lingkaran setan. Masalah kedua peran ini saling bertautan erat, tanpa tahu harus mulai dari mana untuk memperbaikinya. Sepertinya manusia biasa tidak akan mampu menjalani dua peran ini secara gemilang. Dibutuhkan sebuah ilmu super ... untuk menjadi SUPERMOM!

Langkah awal untuk menjadi seorang supermom adalah mencari referensi sebanyak-banyaknya mengenai tips yang dapat membantu menjalani keseharian ibu bekerja. Referensi bisa didapat melalui buku, artikel, atau seminar-seminar. Kalau dari pengalaman pribadi saya, yang paling membantu justru adalah referensi dari teman-teman yang sudah terlebih dahulu menjalani kehidupan ibu bekerja. Dari mereka, saya memperoleh sejumlah tips berharga mengenai cara mensiasati peran ganda ini. Ya, MENSIASATI, karena langkah selanjutnya dalam menjadi supermom adalah menetapkan tujuan yaitu meminimalisir (bukan meniadakan) konflik yang bisa timbul dari usaha menjalankan dua peran sekaligus. Meminimalisir di sini berarti para ibu bekerja perlu sadar bahwa tidak selamanya kita akan berhasil melakukan dua hal dalam satu waktu. Para ibu bekerja harus berani menerima kenyataan bahwa akan ada saat dimana mereka kurang berhasil dalam urusan rumah tangga, dan suatu ketika kurang berhasil dalam urusan pekerjaan. Oleh karena itu, ibu bekerja sebaiknya berbesar hati menerima bahwa untuk mengambil langkah sebagai ibu bekerja saja sudah merupakan kebanggaan tersendiri. Maka tidak perlu berusaha mati-matian untuk menjadi ibu bekerja yang sempurna. Alih-alih menjadi sempurna, bukan tidak mungkin kesehatan fisik (dan mental) menjadi korban sehingga ibu bekerja justru menjadi beban bagi keluarga.

Nah, sebagai langkah selanjutnya, berikut saya utarakan beberapa hal yang mempermudah usaha saya menjadi supermom. Hal-hal berikut saya kumpulkan dari berbagai sumber, juga dari pengalaman rekan-rekan supermom lain.

1. Jadikan suami sebagai partner

Dalam biduk rumah tangga, dibutuhkan kerja sama yang baik antara suami dan istri. Ibaratnya, suami dan istri seperti kaki kanan dan kiri yang bekerja sama untuk saling memudahkan langkah maju ke depan. Begitu juga dengan keputusan untuk menjadi ibu bekerja. Seperti yang telah dibahas, menjadi ibu bekerja jelas dapat meningkatkan kualitas hidup keluarga. Oleh karena itu, sebagai bentuk penghargaan terhadap usaha istri, sudah sepantasnya suami ikut membantu istri dalam menjalani peran gandanya. Komunikasikan baik-baik dengan suami mengenai hal-hal yang dapat ia lakukan untuk membantu Anda. Mulai dari hal-hal teknis seperti membagi jadwal bergadang menemani si kecil tidur, menyiapkan sarapan atau makan malam, membawa si kecil cek kesehatan rutin ke dokter, dan sebagainya. Anda juga bisa berbagi dengan suami mendiskusikan hal-hal dilematis seperti misalnya ketika Anda harus dinas ke luar kota.

2. Beri suami kesempatan

Masih terkait dengan melibatkan suami sebagai partner. Terkadang para ibu memiliki penilaian bahwa suami tidak akan mampu mengurus hal-hal rumah tangga. Memang sulit untuk menghapus nilai yang sudah tertanam bahwa “perempuan yang paling tahu urusan dapur”. Apalagi jika menyangkut urusan si kecil. Tanpa sadar ibu terkadang menilai ayah tidak setrampil dirinya dalam memahami dan memenuhi kebutuhan bayi. Sebenarnya, ada banyak hal yang bisa ibu ajarkan kepada ayah sehingga ibu bisa tenang mendelegasikan tugas-tugasnya. Contohnya, ibu bisa mengajarkan kepada ayah bagaimana cara mengganti popok basah dengan benar. Dengan demikian, di waktu-waktu tertentu ibu bisa beristirahat karena tugas mengganti popok sudah bisa dilakukan ayah. Selain itu, ayah juga akan mengalami kebahagiaan tersendiri karena merasa ikut terlibat dalam perkembangan si kecil.

3. Realistis – cari bantuan

Menjadi supermom sekali lagi bukan berarti menjadi seorang ibu dengan kekuatan super, yang mampu mengerjakan semua hal sendiri. Ibu bekerja harus realistis dan tidak bermimpi menjadi wanita super karena pasti akan ada saat-saat dimana ibu membutuhkan bantuan pihak lain. Misalkan saja ketika anak memasuki usia sekolah. Mungkin ibu (dan ayah) akan kesulitan mengantar si kecil ke sekolah setiap pagi karena pada saat yang bersamaan juga harus berangkat ke kantor yang tidak searah dengan sekolah anak. Nah, pada saat seperti ini, wajib hukumnya untuk meminta bantuan pihak lain. Mungkin si mbok di rumah, atau jasa angkutan antar-jemput khusus dari sekolah. Untuk hal-hal lain, ibu juga harus jeli memilih pihak yang akan dimintakan pertolongan. Prioritaskan mencari bantuan dari keluarga terdekat, atau tetangga yang sudah dikenal baik. Ini berarti ibu bekerja juga harus pintar-pintar menjalin hubungan baik dengan keluarga dekat maupun tetangga, karena bisa saja sewaktu-waktu bantuan mereka dibutuhkan.

4. Jangan merasa bersalah

Sadari bahwa keputusan untuk bekerja adalah pilihan yang diputuskan sendiri. Bila terjadi sesuatu, jangan sesali keputusan yang telah dibuat. Itu hanya akan membuat ibu bekerja terperosok dalam kondisi emosi yang negatif. Pikirkan bahwa setiap keputusan memiliki keuntungan dan kerugiannya masing-masing. Walaupun menjadi ibu bekerja terkadang merepotkan, tapi tentu ada banyak keuntungan lain yang bisa dinikmati keluarga. Oleh karena itu, tidak ada gunanya merasa bersalah karena telah “meninggalkan keluarga”. Sebenarnya, langkah Anda menjadi ibu bekerja justru merupakan bentuk tanggung jawab Anda pada keluarga.

5. Waktu untuk “SAYA”

Ini dia yang sering terlupakan oleh banyak ibu bekerja. Saking sibuknya membelah diri antara menjadi ibu rumah tangga dan wanita karier, seringkali para ibu bekerja mengesampingkan jauh-jauh beberapa hal yang sebenarnya penting bagi keseimbangan mentalnya. Begitu tenggelamnya ibu bekerja di dalam lautan kewajiban, sehingga ia lupa bahwa sesungguhnya ia juga punya hak untuk bersenang-senang. Dalam hal ini, seorang ibu bekerja tidak boleh lupa melakukan refreshing untuk diri sendiri. Luangkan waktu melakukan hal-hal yang bisa kembali membuat Anda merasa rileks, misalnya ke salon, jalan-jalan ke mall, atau sekedar membaca buku novel romantis. Kegiatan semacam ini bukan merupakan aksi egois, malah justru perilaku yang dilakukan demi kemaslahatan orang banyak. Jika ibu bekerja bisa tetap merasa bahagia, maka orang-orang di sekitarnya juga bahagia kan?

6. Waktu untuk suami

Meski sibuk bekerja dan mengurusi anak, jangan sampai suami Anda terlupakan. Banyak riset tentang perceraian mengungkap bahwa “perasaan ditinggalkan” merupakan salah satu faktor penting yang mendorong suami-suami untuk bercerai dari istrinya. Jangan sampai suami berpikiran bahwa ia hanya duduk di urutan kesekian, setelah urusan karier dan anak. Ingat, suami Anda adalah partner. Partner anda juga butuh perhatian lho. Ada beberapa aktivitas yang bisa Anda lakukan dengan suami, misalnya nonton teve/bioskop, makan siang atau makan malam berdua. Anda juga bisa saling menelepon atau mengirim SMS saat bekerja. Agar sukses berduaan dengan suami di rumah, sebaiknya tidurkan dulu si kecil. Dengan begitu, Anda berdua bisa lebih leluasa ngobrol atau berhubungan intim.

7. Pantang menyerah

Pada awalnya, besar kemungkinan ibu bekerja akan merasa keteteran dengan banyaknya hal yang harus dilakukan bersamaan. Mungkin ada kalanya ibu bekerja merasa tidak mampu dan putus asa. Tidak sedikit ibu bekerja yang hanya tahan beberapa bulan saja menjalani kedua perannya tersebut. Hal ini sebaiknya dihindari karena pada umumnya sebuah peralihan memang akan sedikit banyak menguras energi untuk mampu beradaptasi dengan baik. Namun jika mau sedikit bersabar, lambat laun biasanya akan ditemukan cara-cara untuk bermain lebih cantik lagi. Oleh karena itu, ibu bekerja sebaiknya menyemangati diri sendiri bahwa menjadi ibu bekerja merupakan hal yang bisa dilalui dengan baik. Pelan-pelan dan tidak lupa untuk belajar dari pengalaman, meniti jalan menuju menjadi supermom yang sesungguhnya.

Wah wah wah... ternyata banyak juga ya hal-hal yang bisa membantu Anda menjadi supermom? Mudah-mudahan pengalaman pribadi saya ini bisa menyemangati Anda yang masih ditengah-tengah proses perubahan diri dari ibu rumah tangga biasa menjadi ibu bekerja yang luar biasa. Dengan penuh percaya diri sekarang saya bisa mengatakan bahwa menjadi supermom merupakan hal yang sangat berharga bagi saya. Dan saya yakin, kebanggaan saya terhadap hal ini akan memberikan atmosfir positif bagi keluarga. Jadi tunggu apa lagi? segera kenakan kostum Anda dan bertransformasilah!

Sumber : Septiana Runikasar (lptui.com)

Mengalir atau Terrencana, Pilih Mana?

Kehidupan yang mengalir adalah bagian dari takdir Tuhan. Maka jangan terlalu berambisi biarkanlah hidup kita ini ikut apa adanya sebagaimana Tuhan mau. Tugas kita adalah berusaha yang terbaik. Kenapa harus sibuk-sibuk mengatur Tuhan. Anak-anak yang lain ke sekolah ikutlah bersekolah. Lagi musim kursus matematika, ikutlah kursus sebagaimana kawan-kawanmu. Era sekarang dokter lagi laku dan banyak duit, kerjarlah supaya bisa juga menjadi dokter. Suami yang sayang istri itu biasanya suami pegawai negeri, karena ia memiliki banyak waktu untuk keluarganya. Kalau ia kawin lagi malah ia bisa dikeluarkan sebagai pegawai negeri. Terimalah kalau ada pegawai negeri yang melamar. Kenapa harus rumit-rumit menentang Tuhan. Jadilah hamba yang berserah diri.

Sementara orangtua yang lain mengarahkan anaknya dengan cara yang berbeda. Ayo sekarang pergi ikut tes sidik jari, supaya kamu tahu apa bakat aslimu. Apa yang Tuhan berikan sebagai bekal kekuatanmu untuk berhasil di dunia dan di akhirat. Mengeluarkan uang seharga sepasang sepatu sekali seumur hidup untuk mengetahui letak kekuatanmu masih bisa kami carikan. Sekarang kamu sudah tahu apa mesin kecerdasanmu.

Tuhan berarti punya rencana terbaik untukmu, sesuai dengan apa yang kamu usahakan. Cuma sekarang kamu perlu ilmu untuk memanfaatkan pemberian Tuhan. Baca dan pelajarilah buku STIFIn Personality yang sudah kamu dapat bersamaan dengan tes sidik jari tersebut. Sekarang kami akan membantumu untuk fokus pada sekolah, hobi, dan pengembangan profesimu supaya terarah. Kalau kita berusaha kan Tuhan akan memberinya. Jika kita punya target namun kita tidak berusaha mengejar standar hidup sesuai target tersebut, itu hanyalah angan-angan belaka. Angan-angan dimurkai oleh Tuhan. Namun jika kita sungguh-sungguh berikhtiar sesuai dengan standar yang diharapkan oleh target tersebut maka itu adalah cita-cita. Cita-cita adalah kemuliaan.

Setelah ini pola hidup keluarga kita lebih terarah. Masing-masing anggota keluarga sudah punya peta hidupnya. Sekarang tinggal kita luruskan niat kita bahwa apa yang dipilih dan dilakukan oleh kita dalam rangka beribadah kepada-Nya.

Mana yang lebih tepat? Keluarga pertama melahirkan ketenangan sesaat dengan ketidakpastian di masa yang akan datang. Keluarga kedua juga memperoleh ketenangan karena kejelasan peta hidup masing-masing anggota keluarganya. Keduanya menghadapi ketidakpastian, namun keluarga kedua telah ‘menanam’ sambil mereka berserah diri dengan penuh keyakinan bahwa Tuhan akan membalas secara sempurna apa yang diikhtiarkan hamba-Nya. Sama-sama tidak ada beban. Keluarga pertama mengalir tanpa pengharapan, sedangkan keluarga kedua memiliki proyeksi masa depan. Sekarang Anda pembaca sudah dapat memutuskan mana yang terbaik?

sumber: STIFIn BANTEN

Menjadi Orang Tua HEBAT

Seorang ibu tampak begitu terpukul ketika mengetahui hasil tes IQ anaknya yang cukup rendah. Dia gak habis pikir bagaimana mungkin dia bisa melahirkan anak yang, mohon maaf, ‘Bodoh’. Maka tekanan pun akan segera diberikan kepada anaknya agar IQ nya bisa naik dalam waktu cepat. Mulai dari les tambahan, belajar di rumah, hingga manggil guru les ke rumah. Tak ada lagi waktu untuk bermain dan bersenang-senang, yang ada adalah waktu belajar. Kalau perlu, saat liburan pun harus belajar.
Pasti banyak yang mengalami nasib seperti ibu di atas. Anak mereka diukur IQ nya melalui sebuah tes, lalu dibanding-bandingkan dengan anak yang lain. Saat itulah terjadi pelabelan yang ‘menyesatkan’, bahwa anak yang satu lebih cerdas dibanding anak yang lain. Anak yang IQ nya di bawah sudah pasti menyandang beban berat karena akan segera mendapat label-label negatif baik dari orangtua, guru, atau teman-temannya. Hmmm… kasihan sekali.
Kami, sebagai praktisioner STIFIn, meyakini bahwa semua anak cerdas, karena tidak mungkin Tuhan menciptakan produk gagal lewat anak yang IQ nya rendah, sehingga dilabeli ‘bodoh’.
Konsep STIFIn meyakini bahwa semua anak cerdas, hanya jenis kecerdasannya yang berbeda satu sama lain. Tapi itu bukan berarti satu jenis kecerdasan lebih baik dibanding jenis kecerdasan lainnya. Anak dengan mesin kecerdasan Thinking tidak lebih baik dari anak dengan mesin kecerdasan Feeling. Anak dengan Mesin Kecerdasan Intuiting tidak lebih hebat dari anak dengan Mesin Kecerdasan Sensing. Masing-masing memiliki maqom kecerdasan sendiri-sendiri. Dan itu bukan untuk diperbandingkan, sehingga yang satu lebih baik dari yang lain.
Setelah Tes STIFIn seseorang tidak akan kehilangan kepercayaan diri, karena semua orang memang cerdas. Mereka hanya tinggal fokus di jenis kecerdasan yang jadi kehebatannya. Dan itu akan membuatnya lebih mudah dan lebih happy dalam menempuh prosesnya.
So, tidak ada anak yang bodoh. Yang ada hanyalah para guru atau orang tua tidak tahu cara belajar yang cocok untuk anak tersebut. Setelah diketahui Mesin Kecerdasannya melalui Tes STIFIn, maka orang tua / guru akan mendapatkan cara belajar yang cocok buat anak tersebut.

Tuesday, April 22, 2014

How STIFIn Work in My Family?

Ibra (#Fe) Garry (#Si) Ihsan (In) dan Intan (#Te)
Alhamdulillah, saya sangat bersyukur setelah menguji Mesin Kecerdasan - Brain Genetic Potencial - anak-anak saya.
Tuhan menitipkan kombinasi yang cukup komplit dalam keluarga saya. Mama dari anak-anak saya adalah seorang #Intuiting #introvert.

Beberapa hal unik yang sebelumnya tidak saya ketahui akhirnya terungkap sudah setelah mereka semua discan 10 sidik jarinya.

1. Dulu saya bingung, ketika setiap kali jalan-jalan dengan Ibra, anak kedua saya, setiap kali akan membeli sesuatu, apakah itu makanan (jajanan) atau mainan maka Ibra akan selalu berkata, "Untuk Abang juga ya Pa...!" - Sesuatu sangat jarang, hampir tidak pernah terbersit dari si Abang sendiri terhadap adiknya. Dan menurut penjelasan Sirkulasi 5 unsur a la STIFIn, ternyata seorang yang #Feeling #extrovert memang akan selalu MENDUKUNG #Sensing #introvert. | Nah, setelah saya konfirmasi, Mamanya juga sering mengalami itu. Selanjutnya Bisa lihat di SINI

2. Dalam hal bermain sehari-hari, Ibra sering usil kepada Intan (Thinking extrovert), terus Intan ngadu ke Ihsan. Walaupun Ihsan (Insting) yang paling kecil, secara Sirkulasi 5 unsur a la STIFIn dia "mengalahkan" Ibra (Feeling extrovert). Selanjutnya bisa lihat di SINI

3. Secara Mamanya anak-anak yang #Intuiting #introvert mendapat DUKUNGAN dari Ihsan yang #Insting dan "terkalahkan" oleh Intan yg #Thinking #extrovert. Sementara untuk Garry dan Ibra, Mamanya PAS BANGET menjadi PENGARAH untuk Garry dan sangat MENDUKUNG ke Ibra. Selanjutnya bisa lihat di SINI

Nah secara saya dengan anak-anak dan Mamanya kira-kira akan terjalin dinamika komunikasi seperti gambar di bawah ini;

...
Menarik bukan?

Bagaimana dengan keluarga anda?