Sunday, May 22, 2016

Masalah Pengkotakkan dan Apologetik

Tanya:
Penentang STIFIn menolak konsep mengkotak-kotakan orang?
 
Jawab:
Betul bahwa setiap orang bisa menjadi siapa saja yang ia mau, karena potensi untuk menjadi siapa saja tersedia dalam setiap diri manusia. 

Pengelempokan ala STIFIn bertujuan ketika memilih untuk menjadi seseorang, pilihlah yang ia memiliki potensi terbaik. Supaya jalannya mudah. 

Namun jika ia mau memilih ‘jalan yang susah’ karena di kotak yang dipilih modal potensinya sedikit maka ia mesti bersedia menerima risiko kegagalan yang lebih besar. 

Ini teori peluang bukan mengkotak-kotakan. Ibarat anak lelaki suka mobil-mobilan dan anak perempuan suka boneka, tentulah itu bukan pengkotak-kotakan, tetapi perbedaan selera pilihan karena perbedaan kromosom. 

Demikian juga kosekuensi atas adanya perbedaan mesin kecerdasan.
 
Tanya:
Bagaimana cara menghindari efek samping apologetik atas kelemahan diri?
 
Jawab:
Contoh: orang T akan bilang, ”maafin kalau saya raja tega ya..kan memang STIFIn sudah bilang begitu”.
Masih bagus seseorang menyadari kelemahannya. 

Namun mengeksploitasinya secara apologetik dapat diibaratkan ‘pengemis yang doyan dengan kemiskinannya’. Tentu hal itu akan menurunkan marwah (harga diri)nya jika hal itu dilakukan terus menerus. 

Sikap yang betul adalah menyadari kelemahan tersebut dan segera memperbaikinya saat diperlukan. Biarkan perbaikan itu berjalan alamiah.

No comments:

Post a Comment