Monday, October 13, 2014

Advetorial | STIFIn dan Karakter

Advetorial | STIFIn

Kenakalan pelajar sudah menjadi hal biasa dan makanan sehari-hari kita dari media massa. Koran, Radio, Televisi dan jejaring sosial seperti facebook dan twitter juga sering memberikan informasi yang sama.

Terakhir kita melihat tayangan kekerasan anak-anak Sekolah Dasar, yang dikeroyok oleh kawan-kawannya di sebuah sudut ruang kelasnya. Yang menjadi korban, siswa perempuan. Lebih miris lagi itu terjadi di Bukit Tinggi, di ranah Minangkabau yang selama ini kita kenal masyarakatnya sangat terdidik dan bijak bestari. Banyak tokoh bangsa, para pendidik, pemimpin dan ulama lahir dari daerah itu. Gejala apa ini?

Praktisi teknologi internet yang juga dosen dan pengamat perilaku anak, asal Payobasung, Bunda Afiyati Reno mengatakan, “Untuk mengubah keadaan ini dapat dilakukan dengan pendidikan yang membangun karakter dimulai dari rumah. Pondasi karakter anak mesti dibangun dengan kuat sejak dini dari rumah. Strong from Home”

Kalau diamati lebih dalam hal ini bisa saja disebabkan oleh kegalauan orang-tua dan anak yang belum mampu mengantisipasi – membentengi diri dari derasnya arus informasi dengan dukungan teknologi canggih, berbasis gadget pintar dan internet.

Menemukan Jati Diri

Ada petuah dari tetua Minangkabau yang sangat pas dalam menyikapi fenomena ini. “Sasek di tangah jalan, babaliek ka pangka jalan” – "Sesat di tengah jalan, kembali ke pangkal jalan" - kenakalan anak-anak oleh para ahli dikatakan sebagai proses pencarian Jati Diri.

Apa pentingnya jati diri bagi seoarang manusia? Dengan gamblang dapat kita jawab, agar dia mengetahui potensinya dan mengetahui apa peran yang pas, yang cocok untuknya dalam hidup bermasyarakat.

Saat ini sudah ditemukan sebuah alat dengan teknologi komputer. Alat ini mampu mengetahui bakat dan kecerdasan seorang anak. Bagaimana gaya belajarnya, cara berkomunikasinya, apa yang menjadi hasrat kerinduan dan cita-cita yang ingin dicapainya.

Alat ini sangat sederhana, hanya dengan mencap 10 sidik jari saja kita diberitahu, apa jenis kecerdasan si anak dan bagaimana kepribadiannya secara genetis (Personality Genetic). Dan dengan mengetahui hal itu, maka ibarat sebutir benih unggul dia tentu akan tumbuh, subur dan berbuah bila di tanam di tanah yang tepat. Kita diberi-tahu pula bagaimana cara belajar yang membuat si anak nyaman dan bergairah.

Sehingga anak tidak merasa terbebani. Dan bahkan, saking semangat dan gairahnya dia sendiri tak lagi menyadari apakah dia sedang belajar atau bersenang-senang.

Konsep dan alat ini ditemukan oleh seorang peneliti, pelatih kepribadian, yang sedang menyelesaikan studi doktoral (S3) di Malaysia, bapak Farid Poniman. Teknologi ini diberi nama STIFIn. Ini adalah konsep yang mengelompokkan manusia kepada 5 jenis “mesin kecerdasan” dan 9 jenis “kepribadian genetis” – STIFIn adalah singkatan dari SENSING – THINKING – INTUITING – FEELING dan INSTING.

Konsep STIFIn menganut kecerdasan “tunggal” – walau sebenarnya setiap manusia memiliki kelima jenis kecerdasan itu, namun hanya satu yang dominan sebagai “decission maker” atau pengambil keputusan.

- SENSING adalah kecerdasan panca indera, Limbik (otak Kiri) bawah.
- THINKING adalah kecerdasan berpikir, Neokorteks (otak Kiri) atas.
- INTUITING adalah kecerdasan indera keenam, Neokorteks (otak Kanan) atas.
- FEELING adalah kecerdasan merasa (emosional), LIMBIK (otak Kanan) bawah.
- INSTING adalah kecerdasan indera ketujuh, MIDBRAIN (otak Tengah).

Setelah memetakan kecerdasan anak menurut belahan otak yang dominan (sering digunakan sebagai pengambil keputusan) teknologi STIFIn juga menunjukkan bagaimana seorang manusia terdorong untuk melakukan aktivitas. Hal apa yang memotivasi mereka untuk bergerak dan berbuat. Motivasi dan dorongan manusia itu ternyata berasal dari lapisan mana yang dominan dalam otakknya. Lapisan dalam kah, atau lapisan luar?

Bila lapisan dalam disebut introvert, bila lapisan luar disebut extrovert. Kombinasi 5 kecerdasan dan 2 penggerak ini menghasilkan 9 kepribadian genetis yaitu, SENSING introvert (Si), SENSING extrovert (Se), THINKING introvert (Ti), THINKING extrovert (Te), INTUITING introvert (Ii), INTUITING extrovert (Ie), FEELING introvert (Fi), FEELING extrovert (Fe) dan INSTING (In) yang tanpa introvert atau extrovert – karena Otak Tengah ini berreaksi “spontan” terhadap rangsangan, baik berasal dari dalam maupun dari luar dirinya.

Setiap jenis mesin kecerdasan ada cara dan gaya belajarnya sendiri-sendiri. Ada pula cara merangsang kemauan belajarnya sendiri-sendiri. Dan ada kerinduan, ambisi dan cita-cita terdalamnya sendiri, yang dinamakan kemistri.

- SENSING kemistrinya HARTA, Calon orang Kaya.
- THINKING kemistrinya TAHTA, Calon Penguasa.
- INTUITING kemistrinya KATA (Ilmu & Ide), Calon Guru dan Pengusaha
- FEELING kemistrinya CINTA, Calon Pemimpin
- INSTING kemistrinya BAHAGIA, Calon Pekerja Sosial

Seperti diuraikan diatas, teknologi STIFIn menunjukkan bakat, kecerdasan, gaya belajar, gaya hidup dan kerinduan/gairah terdalam seorang anak manusia. Namun STIFIn bukanlah “tongkat ajaib” atau “lampu Aladin” yang memberikan hasil seketika. Perlu setidaknya 10. 000 jam untuk mengarahkan, melatih dan mendidik seorang SENSING menjadi ORANG KAYA atau mengantarkan seorang THINKING menaiki TAHTA menjadi PENGUASA.

Dengan ulasan singkat di atas, apakah anda sudah tertarik untuk mengetahui ANUGERAH HEBAT apakah yang dititipkan Pencipta Semesta ini kepada anda? Jangan sia-siakan masa depan anak anda. Ketahui segera, dengan STIFIn.

No comments:

Post a Comment