Saturday, April 26, 2014

Menjadi Ibu yang HEBAT

Duh, ko aku mengantuk sekali yah? Padahal belum juga sampai waktu istirahat siang. Kemarin aku juga kesulitan mnghilangkan rasa kantu yang luar biasa seperti ini. Padahal biasanya cukup dengan tidur-tiduran di meja selama setengah jam, lalu diikuti makan siang dan sholat, maka aku akan segar kembali. Tapi beberapa hari terakhir ini rasa kantuk ini tidak bisa  hilang. Bahkan setelah waktu istirahat siang berakhir, aku masih saja menguap. Tidak enak juga rasanya bila rekan-rekan kantor menilai aku tidak semangat kerja. Mudah-mudahan mereka bisa mengerti bahwa aku sungguh-sungguh profesional, tapi..... hoooaahhmmmmm 
Begitulah salah satu warna hari-hari saya beberapa tahun yang lalu. Pada waktu itu, saya adalah seorang ibu yang baru saja memutuskan untuk kembali bekerja sehabis melahirkan. Saya memutuskan untuk kembali bergelut dengan dinamika hidup profesional, setelah sebelumnya berhenti bekerja demi memaksimalkan usaha memiliki momongan. Begitu bahagianya ketika Tuhan mengkaruniai saya seorang anak, dan kebahagiaan ini memberikan semangat lebih ketika memutuskan untuk kembali bekerja karena sekarang ada seorang anak yang memotivasi saya. Sebelum melangkah lebih jauh, pertama-tama saya ingin berbagi beberapa hal yang mendorong saya untuk menjadi seorang ibu yang bekerja. Mudah-mudahan hal-hal berikut juga bisa menyemangati Anda yang masih ragu untuk mengambil langkah serupa:

1. Finansial

Ibu yang bekerja jelas akan menambah pemasukan keluarga. Dengan sokongan finansial yang lebih baik, keluarga dapat menikmati kualitas hidup yang juga lebih baik. Keluarga dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan penting seperti gizi yang cukup, pendidikan yang baik, dan tempat tinggal serta pakaian yang layak. Selain itu, keluarga juga mampu memenuhi kebutuhan pelengkap seperti hiburan dan fasilitas kesehatan yang memadai.

2. Relasi dengan suami

Wanita bekerja cenderung memiliki wawasan yang luas, pola pikir yang terbuka, dan sikap yang dinamis. Hal ini dapat menunjang relasi yang sehat dan positif dengan suami. Sebagai istri, seorang wanita bekerja bisa dijadikan partner bertukar pikiran untuk saling membagi harapan dan pandangan. Dengan demikian, suami tidak merasa sendirian dalam memikul tanggung jawab sebagai kepala keluarga.

3. Relasi dengan anak

Masih terkait dengan kecenderungan wanita bekerja yang berwawasan luas, hal ini nantinya juga akan menjadi keuntungan ibu dalam membimbing perkembangan sang anak. Memasuki usia sekolah, tentu anak akan memiliki banyak pertanyaan yang menuntut wawasan luas ibu agar dapat memberi jawaban memuaskan. Sedangkan ketika menginjak usia remaja dan dewasa, anak akan lebih bisa menerima ibu yang memiliki pola pikir terbuka dan dinamis sehingga anak tidak takut membagi masalah kesehariannya dengan ibu.

4. Kebutuhan sosial

Para ibu juga manusia biasa yang mempunyai kebutuhan untuk menjalin relasi sosial dengan orang lain. Dalam dunia bekerja, ibu akan memiliki banyak kesempatan untuk bertemu dengan rekan dan relasi sehingga akan banyak pula kesempatan untuk membina hubungan sosial. Ibu bisa saling berbagi perasaan, pandangan dan solusi mengenai berbagai hal.

5. Harga diri dan identitas

Bekerja memungkinkan wanita mengekspresikan dirinya dengan cara yang produktif dan kreatif. Dengan bekerja, wanita berusaha menemukan arti dan identitas dirinya melalui penyaluran potensi-potensi yang dimiliki. Di samping itu, wanita bekerja juga dituntut senantiasa meningkatkan ketrampilan dan kompetensi yang ia miliki untuk bisa menyesuaikan diri dengan kebutuhan pekerjaan. Pencapaian tersebut pada akhirnya akan mendatangkan rasa percaya diri dan kebahagiaan baik sebagai wanita, maupun sebagai karyawan.

Meskipun banyak keuntungan yang bisa diraih, ternyata menjalani peran ganda sebagai seorang ibu dan karyawati dalam waktu yang bersamaan tidaklah semudah yang saya kira. Peran sebagai ibu sekaligus ibu rumah tangga di rumah sering kali mempengaruhi kinerja saya di kantor. Begitu juga sebaliknya, kesibukan profesional di kantor juga tak jarang menghambat saya untuk menjadi ibu rumah tangga yang ideal. Kalau dipikir-pikir, pergelutan peran antara ibu rumah tangga dan wanita karier ini terasa seperti lingkaran setan. Masalah kedua peran ini saling bertautan erat, tanpa tahu harus mulai dari mana untuk memperbaikinya. Sepertinya manusia biasa tidak akan mampu menjalani dua peran ini secara gemilang. Dibutuhkan sebuah ilmu super ... untuk menjadi SUPERMOM!

Langkah awal untuk menjadi seorang supermom adalah mencari referensi sebanyak-banyaknya mengenai tips yang dapat membantu menjalani keseharian ibu bekerja. Referensi bisa didapat melalui buku, artikel, atau seminar-seminar. Kalau dari pengalaman pribadi saya, yang paling membantu justru adalah referensi dari teman-teman yang sudah terlebih dahulu menjalani kehidupan ibu bekerja. Dari mereka, saya memperoleh sejumlah tips berharga mengenai cara mensiasati peran ganda ini. Ya, MENSIASATI, karena langkah selanjutnya dalam menjadi supermom adalah menetapkan tujuan yaitu meminimalisir (bukan meniadakan) konflik yang bisa timbul dari usaha menjalankan dua peran sekaligus. Meminimalisir di sini berarti para ibu bekerja perlu sadar bahwa tidak selamanya kita akan berhasil melakukan dua hal dalam satu waktu. Para ibu bekerja harus berani menerima kenyataan bahwa akan ada saat dimana mereka kurang berhasil dalam urusan rumah tangga, dan suatu ketika kurang berhasil dalam urusan pekerjaan. Oleh karena itu, ibu bekerja sebaiknya berbesar hati menerima bahwa untuk mengambil langkah sebagai ibu bekerja saja sudah merupakan kebanggaan tersendiri. Maka tidak perlu berusaha mati-matian untuk menjadi ibu bekerja yang sempurna. Alih-alih menjadi sempurna, bukan tidak mungkin kesehatan fisik (dan mental) menjadi korban sehingga ibu bekerja justru menjadi beban bagi keluarga.

Nah, sebagai langkah selanjutnya, berikut saya utarakan beberapa hal yang mempermudah usaha saya menjadi supermom. Hal-hal berikut saya kumpulkan dari berbagai sumber, juga dari pengalaman rekan-rekan supermom lain.

1. Jadikan suami sebagai partner

Dalam biduk rumah tangga, dibutuhkan kerja sama yang baik antara suami dan istri. Ibaratnya, suami dan istri seperti kaki kanan dan kiri yang bekerja sama untuk saling memudahkan langkah maju ke depan. Begitu juga dengan keputusan untuk menjadi ibu bekerja. Seperti yang telah dibahas, menjadi ibu bekerja jelas dapat meningkatkan kualitas hidup keluarga. Oleh karena itu, sebagai bentuk penghargaan terhadap usaha istri, sudah sepantasnya suami ikut membantu istri dalam menjalani peran gandanya. Komunikasikan baik-baik dengan suami mengenai hal-hal yang dapat ia lakukan untuk membantu Anda. Mulai dari hal-hal teknis seperti membagi jadwal bergadang menemani si kecil tidur, menyiapkan sarapan atau makan malam, membawa si kecil cek kesehatan rutin ke dokter, dan sebagainya. Anda juga bisa berbagi dengan suami mendiskusikan hal-hal dilematis seperti misalnya ketika Anda harus dinas ke luar kota.

2. Beri suami kesempatan

Masih terkait dengan melibatkan suami sebagai partner. Terkadang para ibu memiliki penilaian bahwa suami tidak akan mampu mengurus hal-hal rumah tangga. Memang sulit untuk menghapus nilai yang sudah tertanam bahwa “perempuan yang paling tahu urusan dapur”. Apalagi jika menyangkut urusan si kecil. Tanpa sadar ibu terkadang menilai ayah tidak setrampil dirinya dalam memahami dan memenuhi kebutuhan bayi. Sebenarnya, ada banyak hal yang bisa ibu ajarkan kepada ayah sehingga ibu bisa tenang mendelegasikan tugas-tugasnya. Contohnya, ibu bisa mengajarkan kepada ayah bagaimana cara mengganti popok basah dengan benar. Dengan demikian, di waktu-waktu tertentu ibu bisa beristirahat karena tugas mengganti popok sudah bisa dilakukan ayah. Selain itu, ayah juga akan mengalami kebahagiaan tersendiri karena merasa ikut terlibat dalam perkembangan si kecil.

3. Realistis – cari bantuan

Menjadi supermom sekali lagi bukan berarti menjadi seorang ibu dengan kekuatan super, yang mampu mengerjakan semua hal sendiri. Ibu bekerja harus realistis dan tidak bermimpi menjadi wanita super karena pasti akan ada saat-saat dimana ibu membutuhkan bantuan pihak lain. Misalkan saja ketika anak memasuki usia sekolah. Mungkin ibu (dan ayah) akan kesulitan mengantar si kecil ke sekolah setiap pagi karena pada saat yang bersamaan juga harus berangkat ke kantor yang tidak searah dengan sekolah anak. Nah, pada saat seperti ini, wajib hukumnya untuk meminta bantuan pihak lain. Mungkin si mbok di rumah, atau jasa angkutan antar-jemput khusus dari sekolah. Untuk hal-hal lain, ibu juga harus jeli memilih pihak yang akan dimintakan pertolongan. Prioritaskan mencari bantuan dari keluarga terdekat, atau tetangga yang sudah dikenal baik. Ini berarti ibu bekerja juga harus pintar-pintar menjalin hubungan baik dengan keluarga dekat maupun tetangga, karena bisa saja sewaktu-waktu bantuan mereka dibutuhkan.

4. Jangan merasa bersalah

Sadari bahwa keputusan untuk bekerja adalah pilihan yang diputuskan sendiri. Bila terjadi sesuatu, jangan sesali keputusan yang telah dibuat. Itu hanya akan membuat ibu bekerja terperosok dalam kondisi emosi yang negatif. Pikirkan bahwa setiap keputusan memiliki keuntungan dan kerugiannya masing-masing. Walaupun menjadi ibu bekerja terkadang merepotkan, tapi tentu ada banyak keuntungan lain yang bisa dinikmati keluarga. Oleh karena itu, tidak ada gunanya merasa bersalah karena telah “meninggalkan keluarga”. Sebenarnya, langkah Anda menjadi ibu bekerja justru merupakan bentuk tanggung jawab Anda pada keluarga.

5. Waktu untuk “SAYA”

Ini dia yang sering terlupakan oleh banyak ibu bekerja. Saking sibuknya membelah diri antara menjadi ibu rumah tangga dan wanita karier, seringkali para ibu bekerja mengesampingkan jauh-jauh beberapa hal yang sebenarnya penting bagi keseimbangan mentalnya. Begitu tenggelamnya ibu bekerja di dalam lautan kewajiban, sehingga ia lupa bahwa sesungguhnya ia juga punya hak untuk bersenang-senang. Dalam hal ini, seorang ibu bekerja tidak boleh lupa melakukan refreshing untuk diri sendiri. Luangkan waktu melakukan hal-hal yang bisa kembali membuat Anda merasa rileks, misalnya ke salon, jalan-jalan ke mall, atau sekedar membaca buku novel romantis. Kegiatan semacam ini bukan merupakan aksi egois, malah justru perilaku yang dilakukan demi kemaslahatan orang banyak. Jika ibu bekerja bisa tetap merasa bahagia, maka orang-orang di sekitarnya juga bahagia kan?

6. Waktu untuk suami

Meski sibuk bekerja dan mengurusi anak, jangan sampai suami Anda terlupakan. Banyak riset tentang perceraian mengungkap bahwa “perasaan ditinggalkan” merupakan salah satu faktor penting yang mendorong suami-suami untuk bercerai dari istrinya. Jangan sampai suami berpikiran bahwa ia hanya duduk di urutan kesekian, setelah urusan karier dan anak. Ingat, suami Anda adalah partner. Partner anda juga butuh perhatian lho. Ada beberapa aktivitas yang bisa Anda lakukan dengan suami, misalnya nonton teve/bioskop, makan siang atau makan malam berdua. Anda juga bisa saling menelepon atau mengirim SMS saat bekerja. Agar sukses berduaan dengan suami di rumah, sebaiknya tidurkan dulu si kecil. Dengan begitu, Anda berdua bisa lebih leluasa ngobrol atau berhubungan intim.

7. Pantang menyerah

Pada awalnya, besar kemungkinan ibu bekerja akan merasa keteteran dengan banyaknya hal yang harus dilakukan bersamaan. Mungkin ada kalanya ibu bekerja merasa tidak mampu dan putus asa. Tidak sedikit ibu bekerja yang hanya tahan beberapa bulan saja menjalani kedua perannya tersebut. Hal ini sebaiknya dihindari karena pada umumnya sebuah peralihan memang akan sedikit banyak menguras energi untuk mampu beradaptasi dengan baik. Namun jika mau sedikit bersabar, lambat laun biasanya akan ditemukan cara-cara untuk bermain lebih cantik lagi. Oleh karena itu, ibu bekerja sebaiknya menyemangati diri sendiri bahwa menjadi ibu bekerja merupakan hal yang bisa dilalui dengan baik. Pelan-pelan dan tidak lupa untuk belajar dari pengalaman, meniti jalan menuju menjadi supermom yang sesungguhnya.

Wah wah wah... ternyata banyak juga ya hal-hal yang bisa membantu Anda menjadi supermom? Mudah-mudahan pengalaman pribadi saya ini bisa menyemangati Anda yang masih ditengah-tengah proses perubahan diri dari ibu rumah tangga biasa menjadi ibu bekerja yang luar biasa. Dengan penuh percaya diri sekarang saya bisa mengatakan bahwa menjadi supermom merupakan hal yang sangat berharga bagi saya. Dan saya yakin, kebanggaan saya terhadap hal ini akan memberikan atmosfir positif bagi keluarga. Jadi tunggu apa lagi? segera kenakan kostum Anda dan bertransformasilah!

Sumber : Septiana Runikasar (lptui.com)

No comments:

Post a Comment